Cari Blog Ini

Minggu, 16 Januari 2011

Jika Kamu Takut (Tameer Husni & Shireen)


Download this song at http://search.4shared.com/q/1/lau%20kaifa

تامر وشيرين - لو خايفة

تامر:
لو خايفه اضمك تلاقي الامان
لو تايهه في قلبي تلاقي الحنان
اه اجيلك لو انتى في ابعد مكان
لو خايفه اضمك تلاقي الامان

وشيرين:
حبيتك وفي بعدك قلبي معاك
حبيتك مش ممكن انسى هواك

تامر:
اجيلك لو انتى في ابعد مكان
لو خايفه اضمك تلاقي الامان
انا حاسس كأنى قابلتك زمان
انا عايز اقولك بحبك كمان
قوليلي حجيلك انور سماك
حكايتنا حكايه كتبها ملاك

وشيرين:
انا جمبك وحياتى مكان ما تكون
وملكتك خلتنى ملكت الكون

تامر:
اجيلك لو انتى في ابعد مكان
لو خايفه اضمك تلاقي الامان

(Jika Kamu Takut)
Tamer dan Sherine

Tamer:
Jika kamu takut
Aku akan memelukmu dan kamu akan menemukan keamanan
Jika kamu kehilangan
Kamu akan menemukan kelembutan di hatiku
Oh, Aku akan datang kepadamu
Meskipun kamu berada di tempat yang terjauh
Jika kamu takut
Aku akan memelukmu dan kamu akan menemukan keamanan

Sherine:
Aku mencintaimu, dan ketika kamu tak ada di sisiku, hatiku selalu bersamamu
Aku mencintaimu dan tidak mungkin bagiku untuk melupakan cintamu

Tamer:
Jika kamu takut, Aku akan memelukmu dan kamu akan menemukan keamanan
Aku merasa bahwa seolah-olah aku telah bertemu denganmu sebelumnya
Aku ingin mengatakan bahwa aku mencintaimu sekali lagi
Katakan bahwa kamu akan datang kepadaku dan aku akan menyinari langitmu
Kisah kita adalah kisah yang ditulis oleh malaikat

Sherine:
Aku di sampingmu dan kehidupanku adalah di mana kamu berada
Ketika aku memilikimu, rasanya seperti memiliki alam semesta ini

Tamer:
Aku akan datang kepadamu, meskipun kamu berada di tempat yang terjauh
Jika kamu takut, Aku akan memelukmu dan kamu akan menemukan keamanan

Nasihat Ali bin Abi Thalib

Dosa besar adalah ketakutan

Rekreasi terbaik adalah bekerja

Musibah terbesar adalah keputusasaan

Keberanian terbesar adalah kesabaran

Guru terbaik adalah pengalaman

Misteri terbesar adalah kematian

Kehormatan terbesar adalah kesetiaan

Karunia terbesar adalah anak yang shalih

Sumbangan terbesar adalah partisipasi

Modal terbesar adalah kemandirian

Kamis, 13 Januari 2011

Kita Semua Manusia (Kulluna Insaan) by Samira Said


Lagu ini sempat menjadi soundtrack Piala Afrika

سميرة سعيد - كلنا انسان

رغم اختلاف اللسان وان البشر الوان متفرقين في النوايا والشكل والاديان
لكن الهنا واحد رب البشر واحد بالحب جمعنا وكلنا انسان

وتعالو في حضن النيل وحضارة وادي النيل
فتحين احضنا قلوبنا بيوتنا وبرضه قليل

اسمر وكان فنان عن الحلم عينه تباهااا
شمس الصباح ترعاه وفي المسا حكايات

حلم يكون لاعب صبح التاريخ شاهد على نجوم سمراء كتبت تاريخ روايات
افريقيا ارض الخير اولادنا لسه بخير
مالناش غير حضنك شمسك حبك لينا كبييير
Kita Semua Manusia 
by Samira Said
Meskipun berbeda bahasa  
Dan manusia dengan latar belakang yang berbeda  
Berbeda niat, bentuk, dan agama 
Tetapi Tuhan itu satu Tuhan manusia
Kita berkumpul menjadi satu dalam cinta kasih  
Dan kita semua adalah manusia 
 
Mari kita masuk ke dalam pelukan Nil
Dan peradaban lembah Sungai Nil
Membuka tangan kita, hati kita, dan sedikit rumah kita 
Dia adalah seorang seniman berkulit gelap
Siapa yang memperhatikan pada mimpi-mimpi mata
Matahari pagi tampak setelahnya
Dan di malam hari ada cerita 

Mimpi bermain dan sejarah melihatnya 
Ia menulis cerita sejarah pada malam penuh bintang
Afrika, tanah kekayaan, anak-anak kita masih dalam kondisi baik
Kita tidak punya apa-apa kecuali pelukanmu, matahari dan cinta besarmu bagi kita

"A Lesson from a Donkey"


Alkisah, suatu hari seorang petani pergi ke ladang untuk mengolah tanahnya. Ia pun mengendarai keledainya karena jarak antara rumah dan ladangnya cukup jauh. Dari pagi sampai sore, petani itu pun bekerja dengan giatnya untuk mengolah tanah sebelum ditanami.

Matahari sudah mulai kembali ke peraduannya, ia pun memutuskan untuk pulang. Di tengah perjalanan, sang petani berhenti di sebuah padang rumput. Karena tubuhnya sangat lelah, ia pun berteduh di bawah pohon untuk beristirahat sebentar. Angin sore pun bertiup sepoi-sepoi sehingga membuatnya tertidur. Adapun keledainya, ia biarkan begitu saja di padang rumput untuk makan.

Menit demi menit hingga satu jam lamanya petani itu tertidur. Saat terbangun, ia sangat kaget karena tidak menemukan keledainya di sampingnya. Ia juga melihat ke sekitar, tetapi juga tetap tidak tampak.
Perasaannya semakin kalut dan khawatir, dalam hati ia berkata,
“Aduh, di mana nih keledaiku? Harus aku cari ke mana?”
“Apakah ada yang mencurinya? Tetapi mana mungkin, keledai itu kan sudah tua dan tak laku kalau dijual,” pikirnya.

Di tengah kekhawatirannya, ia pun berkeliling ke sekitar padang rumput itu untuk mencari keledainya. Setelah beberapa lama mencari, ia samar-samar mendengar suara keledainya. Ia pun mendekati asal suara tersebut dan menemukan jika keledainya telah terjatuh ke sebuah lubang yang cukup dalam. Melihat kondisi yang demikian, sang petani bertambah bingung. Ia pergi ke sana kemari sambil mencari bantuan dan memikirkan cara untuk menolong keledainya.

Setelah sekian lama berjalan, ia tak juga menemukan seseorang yang dapat dimintai tolong. Lalu, ia bergegas kembali ke lubang tempat keledainya terjatuh. Di tengah kebingungannya, tebersit suatu solusi.

“Keledaiku terjatuh, tak mungkin bagiku untuk mengeluarkannya karena lubang begitu dalam. Lagi pula, ia juga sudah tua dan tak laku lagi jika dijual. Lebih baik aku kubur sekalian keledai itu, agar lubang itu tak memakan korban lagi seperti keledaiku,” pikir sang petani.

Ia pun mengambil sekop dan mulai menggali tanah untuk menimbun keledai.
Saat tanah mulai menimpa tubuh keledai, ia mulai gelisah dan meronta-ronta, tetapi hal itu tidak dapat menolongnya. Akhirnya, ia pun terdiam. Setelah beberapa sekop tanah, sang petani melihat ke dalam lubang tersebut untuk melihat seberapa banyak tanah yang sudah masuk. Sang petani sangat terkejut dan tercengang saat melihat ke dalam lubang karena melihat tindakan mengagumkan yang dilakukan keledai.

Keledai tersebut ternyata tidak tertimbun tanah. Setiap sekop tanah yang jatuh menimpa tubuh keledai, ia mengguncang-guncangkan tubuhnya sehingga tanah tersebut jatuh ke bawahnya dan mulai menaikinya sehingga posisi keledai semakin naik ke atas. Saat petani melihat yang dilakukan keledai, ia semakin semangat untuk menyekop tanah ke dalam lubang tersebut. Setelah beberapa lama, akhirnya keledai dapat naik ke atas lubang dan dapat selamat dari kematian.

Dari kisah ini, kita dapat belajar dari keledai tersebut. Sang keledai tidak berputus asa dan menyerah begitu saja dengan masalah (kematian) yang ada di hadapannya. Tetapi, ia mengguncangkan tanah itu agar dapat menjadi pijakan naik ke atas lubang sehingga selamat dari kematian.

Dalam kehidupan ini, masalah selalu saja menimpa diri kita. Jangan sampai masalah tersebut mengubur kita hidup-hidup, tetapi kita harus mengguncangkannya dan menjadikannya pijakan untuk naik dan selamat dari masalah. Sehingga, pribadi diri kita menjadi pribadi yang hebat dan tidak menyerah dengan masalah yang menghantam diri kita. Masalah dan cobaan adalah pijakan untuk menjadi manusia yang hebat.

"Guncangkanlah segala masalah dan hal negatif yang menimpa serta teruslah melangkah ke depan."

Sabtu, 01 Januari 2011

“Saya Hanya Menyelesaikan Apa yang Telah Saya Mulai”

Bob Willen, adalah seorang veteran perang Vietnam yang kehilangan kedua kakinya karena terkena ranjau darat. Pada tahun 1986, ia mengikuti lomba lari marathon sepanjang 42 km yang mengelilingi kota New York. Lomba marathon tersebut diikuti oleh ribuan pelari dari seluruh dunia dan disaksikan oleh masyarakat secara langsung melalui layar televisi.

Bob, satu-satunya peserta yang cacat menjadi pusat perhatian oleh seluruh masyarakat yang menyaksikan perlombaan itu. Sebagai seorang veteran perang, Bob ingin membuktikan bahwa meskipun cacat, ia dapat mengikuti lomba tersebut. Tak ada kata tak mungkin dalam kamus hidupnya. Sebelum berlomba, ia berlatih keras untuk menemukan cara efektif untuk berlari tanpa menggunakan kedua kakinya. Akhirnya, ia pun mendapatkan ide dengan melemparkan badannya ke depan dengan bertumpu pada kedua tangannya. Dan, ia pun siap untuk menghadapi perlombaan yang sudah ditentukan.

Hari perlombaan pun tiba. Saat ribuan peserta sudah bersiap-siap di garis start, Bob pun juga demikian. Lalu, lomba pun dimulai, ribuan peserta lomba dengan penuh semangat berlari secepat mungkin untuk sampai ke garis finish. Para penonton pun dengan antusias memberi semangat kepada para peserta. Adapun Bob, ia mulai melemparkan tubuhnya ke depan, ia terus saja melakukannya, satu meter, dua meter, dan seterusnya hingga satu kilometer. Pada saat ia mencapai jarak satu kilometer, para peserta lain sudah ada yang mencapai jarak 5–10 kilometer. Tetapi, beberapa peserta yang tidak mempersiapkan diri dengan baik dan hanya sekadar iseng ikut perlombaan mulai menunjukkan kelelahan dan mulai berjalan kaki. Bahkan, beberapa peserta yang sudah tidak kuat memutuskan untuk berhenti dan naik mobil yang disediakan panitia.

Berbeda dengan Bob Willen, tak tampak kelelahan dan putus asa dari raut wajahnya. Ia tetap bersemangat meskipun tertinggal jauh dari peserta lainnya. Tiap beberapa kilometer yang dilaluinya, Bob berhenti sejenak untuk mengganti sarung tangannya yang koyak dengan sarung tangan yang baru, kemudian kembali berlari dengan melempar-lemparkan tubuhnya ke depan, demikian seterusnya.

Ayah Bob yang berada di tengah-tengah ribuan penonton tak henti-hentinya memberi dukungan dan semangat kepada Bob. Ayo, Bob...! Ayo, Bob…!. Berlarilah terus! Ayo, kamu bisa! Teriak ayah Bob sepanjang perlombaan.

Cambukan semangat dan dukungan ayahnya membuat Bob terus melemparkan badannya dengan kedua tangannya ke depan seolah tak mengenal kata lelah. Karena keterbatasan fisiknya, pada hari pertama, Bob baru mampu menyelesaikan 10 kilometer pertama, sedangkan para peserta lain sudah mencapai garis finish. Meskipun begitu, Bob tidak menyerah, ia tetap melanjutkan lomba.

Pada malam hari, Bob beristirahat dan tidur di sleeping bag yang telah disediakan panitia. Sehingga, pada keesokan harinya, ia bisa melanjutkan perlombaan dengan tenaga baru. Setelah empat hari dilalui, Bob berhasil mencapai jarak sekitar 40 kilometer, kelelahan dan luka yang dialami pada tangannya hampir membuatnya putus asa dan ingin menghentikan lomba. Di hari kelima, tinggal 2 kilometer lagi jarak yang harus ditempuhnya. Hingga ketika jarak sudah tinggal 100 meter lagi dari finish, tiba-tiba Bob jatuh terguling dan kekuatannya mulai habis. Bob bangkit perlahan-lahan dan membuka sarung tangannya. Tangannya tampak berdarah-darah, dokter yang selama perlombaan mendampinginya memeriksa kondisinya dan mengatakan bahwa kondisi Bob sudah parah. Bukan saja karena tangannya yang berdarah, tetapi juga karena kondisi jantung dan pernapasannya.

Sejenak, Bob memejamkan matanya. Samar-samar dia mendengar suara ayahnya yang berteriak memberi semangat, “Ayo, Bob, bangun! Selesaikanlah apa yang telah kau mulai! Buka matamu, tegakkan badanmu, lihatlah! Garis finish sudah di depan matamu! Ayo bangun, cepat bangkit, dan jangan menyerah!

Lalu, Bob perlahan-lahan mulai membuka matanya. Ia melihat garis finish sudah dekat. Dengan semangat membara, ia pun melanjutkan lomba, tanpa mengenakan sarung tangan lagi, Bob mulai melemparkan tubuhnya ke depan hingga tinggal lompatan terakhir yang mengantarkannya melewati garis finish. Gemuruh penonton bertepuk tangan memberi selamat dan dukungan kepada Bob yang berhasil menyelesaikan lomba lari marathon. Bob Willen tidak saja berhasil menyelesaikan lomba, tetapi ia juga masuk dalam buku Guinnes World Record sebagai satu-satunya orang cacat yang berhasil menyelesaikan lari marathon..

Di samping itu, Bob tidak hanya menang dalam perlombaan, tetapi juga menang atas ketidakyakinan dan keraguan atas persepsi dan opini publik saat itu. Ia dapat membuktikan sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin.

Di hadapan puluhan wartawan yang mewancarainya, Bob berkata: “Saya bukan orang hebat. Anda tahu saya tidak punya kaki lagi. Saya hanya menyelesaikan apa yang telah saya mulai. Saya hanya mencapai apa yang telah saya inginkan. Dan, kebahagiaan saya dapatkan bukan dari apa yang saya dapatkan, tapi dari proses untuk mendapatkannya. Selama lomba, fisik saya menurun drastis. Tangan saya sudah hancur berdarah-darah. Tapi, rasa sakit di hati saya terjadi bukan karena luka itu, tapi ketika saya memalingkan wajah saya dari garis finish. Jadi, saya kembali fokus untuk menatap goal saya. Saya rasa tidak ada orang yang akan gagal dalam lari marathon ini. Tidak masalah Anda akan mencapainya dalam berapa lama, asal Anda terus berlari. Anda disebut gagal bila Anda berhenti. Jadi, janganlah berhenti sebelum tujuan Anda telah tercapai.”