Cari Blog Ini

Senin, 14 Januari 2013

Mengelola Keragaman Adalah Suatu Keniscayaan



         Sebuah sunnatullah bahwa manusia diciptakan oleh Allah Swt. dalam kondisi berbangsa-bangsa dan bersuku-suku untuk saling mengenal satu sama lain. Artinya, perbedaan sudah menjadi kodrat yang tidak bisa dipaksakan untuk menjadi sama. Adapun kita sebagai manusia, tugas yang diberikan adalah untuk mengenal satu sama lain, dalam arti untuk mengelola perbedaan itu. Jika perbedaan dipaksakan untuk "sama" maka akan timbul satu pihak sebagai superior dan pihak lain inferior yang akan berakhir dengan konflik. Saat perbedaan itu tidak dikelola dengan baik maka konflik terjadi. Penyebab utamanya adalah merasa paling benar sendiri dan orang lain yang tidak sama selalu dianggap salah. Bukankah kebenaran yang hakiki datang dari Tuhan sedangkan kebenaran dalam pandangan manusia hanyalah bersifat nisbi saja. Untuk itu, perlu sikap dan kemampuan untuk menahan "ego" agar tidak memaksakan apa yang kita yakini benar kepada orang lain.
            Sebagaimana halnya dengan peristiwa-peristiwa kekerasan dan konflik yang terjadi belakangan ini di Indonesia, seperti kasus jamaah Ahmadiyah, konflik Syiah di Sampang, kasus Gereja Yasmin Bogor. Banyak latar belakang yang berada dibalik peristiwa dan konflik tersebut, mulai dari agama, ras, suku, perebutan lahan, dan sebagainya. Dan, kecenderungan isu agama menjadi komoditi utama yang sangat mudah menyulut timbulnya konflik kekerasan. Padahal, kalau kita telusuri bahwa kita memiliki jaringan memori kolektif yang mempersatukan seluruh masyarakat nusantara. Ingatan bahwa kita saling terkait satu sama lain sebagai sebuah bangsa Indonesia akan mampu menangkal isu-isu perbedaan yang rentan menimbulkan konflik.
            Di sisi lain, agama apa pun itu tidak mengajarkan umatnya untuk melakukan kekerasan terhadap orang lain. Sebaliknya, agama mengajarkan cinta kasih dan damai kepada umatnya. Perbedaan hendaknya disikapi sebagai fitrah yang merupakan anugerah dari Tuhan. Jika hal itu disadari dan dipraktikkan oleh seluruh umat maka kedamaian di Indonesia akan terjaga. Kerikil-kerikil yang menghalangi jalan damai di Indonesia dapat tereliminir dengan sendirinya. Perlu untuk diingat kembali bahwa perbedaan harus dikelola dengan baik, dan itu merupakan keniscayaan sebagai tugas khalifah di muka bumi yang selalu mengadakan perbaikan bukan perusakan di muka bumi dengan dalih atas nama agama. Peran sebagai pengelola tidak saja dibebankan kepada pemerintah saja, tetapi kita sendiri sebagai individu yang merupakan bagian dari masyarakat. Masyarakat yang damai bukanlah angan-angan semu ketika perbedaan yang ada dikelola dengan baik dan menjadi aset negara dalam menghadapi segala tantangan.