Cari Blog Ini

Senin, 27 Juni 2011

Lagi-Lagi Indonesia “Anti Klimaks” di Final Indonesia Open 2011




                Pasti banyak masyarakat Indonesia sudah rindu akan kebangkitan tim bulu tangkis Indonesia. Sudah sekian tahun kita paceklik gelar di kompetisi-kompetisi bergengsi, mulai dari Thomas dan Uber Cup, Piala Sudirman, Indonesia Open, sebagainya. Entah mengapa??? Kita seolah kehilangan tongkat estafet dalam mempertahankan gelar-gelar prestisius di kancah perbulutangkisan. Kita ingat dulu bagaimana Susi Susanti, Alan Budi Kusuma, Joko Susanto, Mia Audina, Ricky dan Reksi menguasai hampir di seluruh sektor bulu tangkis, baik tunggal maupun ganda, tapi setelah mereka tampaknya tongkat tersebut hilang entah kemana. Kini hampir di semua sektor putra, putri, tunggal maupun ganda dikuasai oleh negeri tirai bambu. 


                Tengoklah kemaren di Indonesia Open 2011, sebagai tuan rumah kita memang terbilang sukses sebagai penyelenggara yang baik. Berbagai persiapan baik pra maupun saat kompetisi terlihat sangat matang sehingga semua negara perserta bisa mengikuti kompetisi dengan baik, meski ada catatan kecil tentang sarana dan prasarana yang tampak kurang maksimal, seperti ketika final ada serangga yang masuk ke lapangan dan karpet lapangan sempat terkelupas meski kedua masalah tersebut tidak mengganggu jalannya final.
                Hal yang mungkin sangat disayangkan adalah kita hanya bisa mengirim 2 utusan di final. Sebagai tuan rumah di negeri sendiri tentu ini bukan hasil yang didambakan, setidaknya kita bisa mengirim 3 utusan jikalau 2 ganda putra kita Markis & Hendra dan Bona & Ahsan berhasil menumbangkan lawan-lawannya. Melihat dua ganda putra ini selama perjalanan kompetisi menuju semifinal sebenarnya cukup meyakinkan untuk menjadi kampiun juara, namun sangat disayangkan penampilan mereka justru terasa “anti klimaks” dan sering melakukan kesalahan sendiri sehingga dengan mudah dikalahkan oleh lawan-lawan mereka, sehingga harapan untuk terjadinya Indonesian All Final di ganda putra pupus sudah.
                Pada putaran final pun demikian, ganda putri kita Vita Marissa dan Nadya Melati harus menelan kekalahan dari peringkat pertama dunia Wang Xiaoli/Yu 21-12 21-10. Padahal, sejak penyisihan Vita dan Nadya tampil cukup bagus dan besar harapan dapat membawa pulang gelar, tapi lagi-lagi penampilan mereka seolah “anti klimaks” di hadapan pemain Cina tersebut. Demikian pulan dengan ganda campuran Tontowi dan Liliyana kandas dari Zhang Nan/Zhao Yunlei 20-22 21-14 21-9. Asa sempat menaungi Indonesia saat set pertama dimenangkan oleh Tontowi dan Lilliyana, tapi lagi-lagi dewi fortuna berbalik arah menaungi pasangan Cina yang memenangi game.


                Bahkan penonton yang memadati Istora tak mampu membuat ciut nyali tim-tim lawan, mereka tak terpengaruh oleh dukungan ribuan suporter Indonesia. Para penonton yang melihat final Indonesia Open 2011 kemaren seolah melihat penampilan yang “anti klimaks” dari andalan-andalan tuan rumah. Memang dalam suatu pertandingan ada kalah dan menang, dan kita akui pula bahwa atlet-atlet bulu tangkis kita sudah mengerahkan segenap kemampuan mereka untuk mengalahkan lawan-lawannya. Kita berdoa semoga atlet-atlet bulu tangkis kita dapat segera berbenah dan mengobati rasa kangen masayarakat Indonesia akan gelar di bidang bulu tangkis. Semoga kita tidak menunggunya dalam waktu yang terlalu lama. Aminn... ^_^
                Jayalah Indonesia.. ;p

Tidak ada komentar:

Posting Komentar