Tuhan menciptakan
manusia tentu tidak sekadar begitu saja, manusia adalah ciptaan yang sangat
sempurna. Dibekali dengan akal dan nafsu agar bisa seimbang mengelola bumi ini
sebagai khalifahnya. Dengan akal, manusia diperintah tuhan agar berfikir dan
merenungi hakikat penciptaannya di dunia ini. Dengan akal pula, manusia dapat
mempelajari semua nama-nama yang telah diajarkan oleh Tuhan kepadanya,
sebagaimana firman-Nya,
“Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama
(benda-benda) seluruhnya. (QS. Al-Baqarah
[2]:31)”
Ayat ini bukan berarti hanya khusus tertuju kepada
nabi Adam As. saja, tetapi merujuk kepada seluruh anak cucu Adam. Oleh sebab
itu, akal diberikan kepada manusia agar ia memanfaatkanya untuk mengetahui
seluruh ciptaan Tuhan dan memanfaatkannya demi kemaslahatan bersama. Di sisi
lain, manusia bukanlah malaikat yang terus tetap dalam kondisi beribadah kepada
Tuhan atau pun setan yang terus menerus bermaksiat kepada Tuhan. Maka
diberikanlah kepada manusia itu nafsu, nafsu di sini bukan berarti nafsu yang
jelek saja karena pada dasarnya ada dua jenis nafsu. Pertama, nafsu yang
selalu mengajak manusia untuk melakukan kejelekan/kejahatan yang disebut nafsu
sayyi’ah. Kedua, nafsu yang selalu mengajak manusia untuk selalu
melakukan kebaikan yang disebut nafsu khasanah. Sehingga manusia yang
bisa mengendalikan nafsunya bisa lebih baik daripada malaikat dan apabila ia
dikendalikan oleh nafsu sayyiah bahkan ia lebih rendah derajatnya
daripada hewan. Dengan bekal akal dan nafsu, manusia sanggup menjadi khalifah
di muka bumi ini dengan berbagai permasalahan yang selalu mucul dalam menghiasi
kehidupan fana ini.
Berkaitan dengan
masalah, Tuhan pun menjadikan masalah sebagai ujian bagi manusia di dunia untuk
melihat seberapa besar imannya kepada Tuhan. Dengan masalah tersebut akan
tampak siapa saja yang berhasil dalam menghadapinya atau pun gagal. Karena
sebagaimana kita ketahui bahwa dalam bentuk ujian apa pun pasti akan ada yang
berhasil dan ada pula yang gagal dengan tingkatan yang berbeda-beda. Jika kita
umpamakan masalah adalah sebuah ujian sekolah, tentu dalam setiap soal itu ada
jawabannya, dan guru pun sudah mengajarkan kepada murid dalam rentan waktu
tertentu sebelum masa ujian tiba. Jika murid mau belajar dan menerapkan jawaban
yang tepat tentu jawaban akan benar demikian pula sebaliknya. Bahkan, guru yang
mengajar pun akan memberikan soal-soal yang sesuai dengan kadar kemampuan
muridnya. Ia tidak mungkin memberikan soal kelas 2 untuk muridnya yang masih
kelas 1.
Itulah perumpamaan masalah dan ujian sekolah,
masalah yang datang dari Tuhan itu bagaikan ujian. Tuhan tak kan mendatangkan
masalah kepada hambanya kecuali hamba tersebut mempunyai kekuatan untuk
menghadapinya karena Tuhan lebih tahu kadar hambanya. Tak ada yang tak mungkin
di dunia ini selama kita masih percaya bahwa Tuhan bersama kita dalam segala
hal. Ia akan membukakan jalan keluar terhadap permasalahan selama kita mau
berusaha mencarinya. Everything is possible jika Tuhan menghendakinya,
segala sesuatu yang tampaknya mustahil bagi kita tapi bagi-Nya tak ada yang
mustahil. Tuhan berkata “Kun fayakun” yang artinya jadi maka jadilah. Oleh
sebab itu, dalam menghadapi masalah sebagai bentuk dari ujian maka kita harus
ikhtiar dengan kekuatan yang kita miliki dan tak lupa berdoa kepada Tuhan agar
mempermudahnya serta pada akhirnya kita bertawakkal atas segala hasilnya kepada
Tuhan, karena segala sesuatu dari-Nya pasti mengandung hikmah. Jangan pernah
kita lupa bahwa everthing is possible jika kita mau berusaha dan Tuhan
menghendaki. (Jakarta, 10 September 2012)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar